Kesehatan Gigi dimulai pada saat usia Balita dimana Gigi Pertama akan tumbuh dan berkembang seiring waktu pertumbuhan anak. Maka dari itu pemeliharaan dan perawatan harus diajarkan mulai dari usia Dini sang buah Hati.

Karies Gigi pada Anak: Pahami Penyebab dan Cara Cerdas Mengatasinya

Di Indonesia, karies gigi pada anak menduduki urutan pertama sebagai penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh anak-anak usia sekolah. Sayangnya, kebanyakan orang tua cenderung menganggap bahwa karies gigi pada anak adalah kondisi yang tidak serius, sehingga tidak perlu melakukan perawatan khusus. Padahal, karies gigi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan nyeri, gigi tanggal, bahkan kematian. Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk untuk peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut si kecil sejak dini. Kesehatan gigi dan mulut yang terjaga dengan baik dapat menunjang aktivitas dan tumbuh kembang anak di kemudian hari. Karies Gigi pada Anak Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes tahun 2013, prevalensi karies gigi pada penduduk Indonesia mencapai 53,2%. Hal ini meningkat dibandingkan dengan hasil Riskesdas pada tahun 2007 yang berada pada angka 43,4%. Di Indonesia, 90,05% kasus karies gigi lebih umum dialami oleh anak-anak. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut jika Indonesia memiliki angka prevalensi Early Childhood Caries (ECC) tertinggi pada anak usia tiga hingga lima tahun. Karies gigi atau gigi berlubang sendiri adalah kerusakan yang terjadi pada jaringan keras gigi karena aktivitas bakteri dalam plak. Bakteri penyebab karies gigi adalah Streptococcus mutans. Adanya bakteri dalam mulut memang suatu hal yang normal. Namun seiring waktu penumpukkan bakteri, sisa-sisa makanan, dan air liur di dalam mulut dapat menyebabkan plak terbentuk. Zat asam dalam plak dapat menyebabkan jaringan keras gigi larut, sehingga terjadilah karies gigi. Karies ditandai dengan bercak putih pada gigi (white spot). Bercak putih ini muncul karena adanya proses penghilangan kadar garam dan mineral (demineralisasi) pada jaringan keras gigi akibat plak dan sisa makanan yang menumpuk. Jika dibiarkan terus menerus, bercak putih akan berubah menjadi bercak kecoklatan yang menyebar dan membentuk lubang pada gigi. Jika tidak ditangani, karies ini dapat menyebabkan nyeri, gigi tanggal, infeksi berbahaya, dan bahkan kematian. Secara umum, penyebab karies gigi pada anak dipicu oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Sebagai orang tua, penting untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan karies gigi pada anak. Salah satu penyebab paling umum karies adalah kebiasaan minum susu botol pada usia bayi hingga tertidur. Gula yang yang terkandung pada susu dapat mengendap menjadi asam yang merusak hingga memicu gigi berlubang. Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis tinggi gula seperti permen, coklat, es krim, minuman rasa-rasa dan lain sebagainya juga dapat menyebabkan karies gigi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang banyak makan makanan manis lebih rentan mengalami karies gigi. Hal ini diperparah karena orangtua tidak membiasakan anak untuk rutin sikat gigi. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut si kecil. Mengingat, anak-anak belum bisa merawat giginya sendiri. Bahaya Karies Gigi pada Anak Perkembangan karies gigi pada anak begitu cepat karena gigi susu (gigi pertama yang tumbuh pada anak) cenderung memiliki lapisan email dan dentin yang lebih tipis. Lambat laun, karies gigi dapat menyebabkan gigi berlubang dan bahkan gigi tanggal. Sayangnya, banyak orang tua menyepelekan karies pada gigi susu karena menganggap hal ini bersifat sementara dan akan hilang jika gigi permanennya tumbuh. Akibatnya, karies gigi pada anak tidak ditangani dengan perawatan yang tepat. Padahal, gigi susu yang rusak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen kelak. Gigi susu yang rusak dan tanggal bisa mengakibatkan rahang anak mengecil. Hal ini menyebabkan gigi permanen yang berada di bawah gigi susu tidak mendapatkan tempat yang optimal untuk tumbuh. Jika sudah begini, tak menutup gigi permanen akan tumbuh berantakan. Kerusakan gigi yang dialami anak juga bisa membuat anak sulit makan. Pasalnya, rasa sakit dan bengkak yang ditimbulkan membuat anak sulit untuk mengunyah Mengatasi Karies Gigi pada Anak makanan. Anak jadi rentan mengalami kekurangan nutrisi, sehingga berat badannya bisa menyusut secara drastis. Tidak hanya itu saja, kerusakan gigi juga dapat mempengaruhi kesehatan anak secara keseluruhan. Kerusakan gigi yang dibiarkan tanpa perawatan tepat bisa menyebabkan infeksi yang menjalar hingga ke otak. Mengatasi karies gigi pada anak tergantung pada usia dan tingkat keparahannya. Pada tahap yang ringan, yaitu baru muncul bercak kuning/coklat di gigi, membersihkan gigi secara teratur oleh orang tua dapat membantu mencegah karies gigi pada anak bertambah luas dan proses terjadinya karies juga dapat dihentikan. Untuk anak usia 3 tahun atau lebih, Anda bisa menggunakan sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung flouride (gunakan sedikit saja). Sementara untuk anak di bawah satu tahun, Anda bisa menyeka giginya secara perlahan menggunakan lap lembut yang sudah dibasahi dengan air hangat. Jika karies gigi pada anak sudah dalam tahap lanjut, segera berkunjung ke Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak (Drg., SpKGA) untuk pemeriksaan lebih rinci. Dokter gigi spesialis anak dapat menentukan perawatan yang sesuai dengan kondisi gigi dan psikologis anak. Tergantung tingkat keparahannya, dokter mungkin akan melakukan penambalan atau pencabutan gigi. Apabila pencabutan jadi pilihan terbaik, maka dokter akan memilih metode bius tertentu supaya anak Anda tidak traumatis saat cabut gigi. Berbagai Cara untuk Mencegah Karies Gigi pada Anak Ada banyak cara mudah dan sederhana yang bisa Anda lakukan untuk mencegah karies gigi pada anak. Beberapa di antaranya seperti: 1. Ajarkan Anak Sikat Gigi Sejak Dini Rajin sikat gigi tidak hanya aturan yang wajib dilakukan oleh orang dewasa saja. Sejak dini anak-anak juga sebaiknya diajarkan untuk rajin sikat gigi setidaknya dua kali sehari, setelah makan/minum susu, dan sebelum tidur. Beberapa dokter mengatakan bahwa anak sudah bisa mulai diajarkan sikat gigi sejak empat gigi pertamanya tumbuh. Namun, ada pula beberapa dokter yang menyarankan untuk menunda hingga anak berusia setidaknya dua sampai tiga tahun. Jika gigi si kecil belum tumbuh, Anda bisa membiasakan membersihkan gusinya menggunakan kain bersih yang sudah dibasahi dan gosoklah gusi bayi secara perlahan-lahan. Hal ini dilakukan guna membantu melawan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan kesehatan mulut si kecil sebelum gigi pertamanya tumbuh. 2. Pakai Pasta Gigi dengan Flouride American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) mengatakan, anak di bawah usia 3 tahun sudah bisa menggunakan pasta gigi berflouride. Tentunya dengan takaran sedikit saja, kira-kira sebesar biji beras. Ketika anak sudah mencapai usia 3 tahun atau lebih, Anda bisa menambahkan takaran pasta gigi menjadi sebesar biji polong. Ajarkan padanya untuk selalu berkumur-kumur setelah gosok gigi. Meski pasta gigi khusus Anda memiliki jenis rasa yang beraneka ragam, katakan padanya jika pasta gigi bukan makanan yang bisa ditelan. Itu sebabnya, orangtua perlu mendampingi anak ketika menyikat gigi. Mulai usia si kecil dua tahun, Anda sudah bisa mengajarkannya untuk berkumur dan mengeluarkan air kumurnya setelah sikat gigi. 3. Pilih Sikat Gigi yang Menarik Hati Agar anak terbiasa untuk menyikat gigi sejak dini, Anda harus pintar-pintar merancang strategi menyenangkan untuknya. Langkah pertama yang bisa Anda lakukan adalah memilih peralatan menyikat gigi. Kini sudah banyak pilihan sikat gigi dengan berbagai bentuk dan warna yang menarik hati. Biarkan anak memilih sikat gigi kesukaannya agar sikat gigi jadi hal yang menyenangkan untuknya. Namun pastikan sikat gigi yang ia pilih memiliki bulu yang lembut, kepala yang kecil, dan pegangan yang besar. 4. Jadi Contoh yang Baik untuk Anak Setiap perilaku anak pasti mencontoh dari orang tua. Maka sebagai orangtua, Anda harus menunjukkan bahwa Anda juga rajin menyikat gigi. Agar lebih menyenangkan, jadikan momen sikat gigi sebagai rutinitas harian yang dilakukan secara bersama-sama dengan keluarga. Selain untuk mengawasi aktivitas menyikat gigi si kecil, cara ini juga tepat untuk membangun ikatan antara orangtua dan anak. Jangan permasalahkan teknik menyikatnya yang masih belum sempurna, atau cenderung semaunya saja. Seiring berjalannya waktu, kemampuan anak untuk menyikat gigi dengan cara yang benar akan terbentuk sendiri. Yang terpenting, Anda sudah membangun kebiasaan menyikat gigi secara rutin sejak dini. 5. Hindari Anak Minum Susu Sambil Tidur Kebiasaan makan yang baik membantu mencegah karies gigi pada anak. Jika anak Anda masih ASI atau susu botol, pastikan ia tidak tertidur dengan keadaan menyusu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan asam pada gigi anak, sehingga tidak menimbulkan karies gigi. Usahakan anak tetap terjaga setidaknya 15 menit setelah ia selesai menyusu dan mintalah ia untuk membersihkan giginya terlebih dahulu sebelum tidur. Jika gigi susu anak belum tumbuh, Anda bisa membersihkan gusi dan mulutnya dengan kain lap lembut yang sudah dibasahi air hangat. Pada saat usianya menginjak 12 bulan, mulailah ajari anak untuk minum susu dari gelas. Dengan cara ini, diharapkan pertumbuhan karies gigi pada anak dapat dicegah. 6. Kenalkan Anak dengan Makan Sehat Anak-anak suka sekali dengan makanan yang manis-manis, seperti cokelat, es krim, permen, dan lain sebagainya. Sebagai gantinya, ganti makanan manis tersebut dengan makanan yang lebih sehat yang bergizi seimbang, misalnya buah-buahan dan sayur-sayuran. Keduanya baik untuk gigi si kecil karena dapat meningkatkan produksi air liur sekaligus membantu membersihkan gigi secara alami. Selain itu, pastikan anak minum banyak air putih setiap hari. 7. Ajak Anak Rutin Cek ke Dokter Selain menanamkan kebiasaan sikat gigi secara teratur, Anda juga sebaiknya mengajarkan anak untuk rutin periksa kesehatan gigi dan mulut ke dokter. Dengan begitu, keberadaan karies gigi pada anak bisa terdeteksi sejak dini dan dapat segera ditangani. Jadi, jangan tunda hingga anak mengeluhkan sakit gigi dulu baru Anda mengajaknya ke dokter gigi. Ingat, semakin dini karies gigi terdeteksi, maka pengobatannya pun semakin mudah. Hal ini juga dapat mencegah kerusakan gigi yang lebih parah lagi. American Dental Association dan American Academy of Pediatric Dentistry merekomendasikan kunjungan pertama anak ke dokter gigi bisa dimulai saat usianya 6 bulan setelah gigi pertamanya tumbuh. Jika kunjungan pertama menyenangkan, maka kunjungan berikutnya tidak memberikan masalah yang berarti untuk mengajak anak ke dokter gigi. Nah, tidak sulit bukan mencegah karies gigi pada anak? Yuk, mulai terapkan berbagai kebiasaan-kebiasaan baik di atas pada anak. Tidak ada kata terlambat untuk menghentikan kebiasaan buruk dan mencoba menerapkan kebiasaan baik setiap hari. Ingat, kesehatan gigi dan mulut anak yang terjaga dapat membantu mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya kelak. sumber artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menerima dengan Lapang dada, kritik, saran dan pertanyaan.

Cari Blog Ini